Bicara Gizi bersama Danone

09.34 Ivonie 5 Comments

Bicara Gizi bersama Danone, Upaya Pentingnya Pencegahan Malnutrisi untuk Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan



Harapan semua orang tua pastinya melahirkan anak yang sehat dan lengkap anggota tubuhnya. Namun sebagian orang tua mungkin tidak mengetahui atau menyadari, bahwa Penyakit Jantung Bawaan atau PJB bisa terjadi sejak dalam kandungan. Bahkan malnutrisi pada masa 1000 hari prtama kehidupan janin ( dalam masa kandungan sampai anak berusia dua tahun ).

Kondisi medis seperti Penyakit Jantung Bawaan pada anak ini dapat mempersulit pemenuhan nutrisi yang diperlukan sehingga apabila tidak ditangani dengan tepat, dapat berujung pada kondisi kekurangan nutrisi. Sebagai memperingati Hari Jantung Nasional, Nutricia-SariHusada sebagai bagian bagian dari Danone Specialized Nutrition mengadakan acara Bicara Gizi.
Pada 19 Oktober 2019, saya berkesempatan untuk hadir dalam acara yang diadakan di Savana Hotel and Convetion Malang dengan tema Pentingnya Pencegahan Malnutrisi untuk Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan. Dalam acara Bicara Gizi menghadirkan dua pembicara yang ahli dibidangnya yaitu dr. Dyahris Koentartiwi, SpA(K) selaku dokter anak sekaligus konsultan kardiologi anak dan dr. Anik Puryanti, SpA(K) selaku Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Anak. selain itu hadir pula Komunitas Pejuang Jantung, Blogger dan media cetak di Malang.



Cerita Pengalaman Orang Tua dari Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan


Acara dibuka oleh MC yang berbaju ungu dengan pertanyaan pada peserta yang paling jauh dan game seru menirukan sebuah kalimat yang harus dibaca dengan cepat. Hasilnya? Ada peserta yang lolos dan ada yang ngomongnya jadi belibet. Lha gimana gak belibut, kata yang diucapkan memiliki akhiran yang sama tapi beda kata. Kalimatnya seperti ini, “Kepala diurut, Kelapa diparut” coba kalian yang mengucapkan dengan cepat, gimana hasilnya? Alhasil bikin semua yang ada di ruangan jadi ketawa.
Selanjutnya MC memanggil peserta yang mana orang tua  dengan anak mengalami Penyakit Jantung Bawaan yaitu Akeyla. Ibu Mirna bercerita mengenai Akeyla yang berusia 2 tahun, Key sapaan akrab anaknya mengalami sakit batuk yang terus menerus hingga berat badannya menurun dan tumbuh kembangnya tidak sesuai dengan usianya. Key, belum juga bisa duduk di usianya setahun. Satu-satunya jalan agar tumbuh kembang Key bisa diperbaiki dengan jalan operasi. Butuh waktu untuk Ibu Mirna meyakinkan diri denga keputusan operasi anaknya. Bersyukur, sekarang Akeyla sudah bisa duduk pasca dioperasi.



Selain Ibu Mirna, ada juga Ibu Iis yang bercerita mengenai anaknya, Zafran. Sempat divonis gawat janin sehingga dinyatakan meninggal dalam kandungan, bahkan enam dokter di Surabaya menyatakan tidak memberikan harapan hidup untuk Zafran. Namun tekat Ibu iis untuk tetap mempertahankan kandungannya sampai akhirnya Zafran lahir di usia kandungan 7 bulan dengan berat badan 2 kg. Selama usahanya mengobati Zafran, Ibu iis bertemu dengan dr. Dyahris dokter anak mengambil spesiali kardiologi anak. Beliau memotivasi bahwasannya umur pasien bukanlah dokter yang menentukan. Kini Zafran sudah berusia 4 tahun dan masih terus menjalani perawatan.
Kisah dua anak yang menderita Penyakit Jantung Bawaan di atas membuka mata saya bahwa di luar sana banyak anak yang sejak lahir ke dunia sudah harus berjuang mempertahankan hidup mereka. Sayangnya masyarakat awam banyak yang belum mengetahui penyebab, gejala, ciri-ciri dan cara penanganan Penyakit Jantung Bawaan. Itulah sebabnya acara yang diadakan oleh Danone ini sangat penting agar memberikan edukasi yang benar tentang PJB.
Sesuai dengan pernyataan Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, “Kami berharap kegiatan Bicara Gizi di Kota Malang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat serta mendorong penanganan nutrisi yang tepat bagi anak dengan Penyakit Jantung Bawaan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.”

Lalu bagaimana cara kita melakukan deteksi dini terhadap PJB?


1.       Kenali tanda dan gejala PJB
2.       Deteksi dini bisa dilakukan dengan menggunakan Buku KIA dan aplikasi PRIMAKU
3.       Kunjungi Dokter Anak untuk skrining bila anak dengan riwayat adanya faktor resiko: premature, orang tua atau saudara dengan PJB, infeksi TORCHS, sindrom tertentu, berat badan sulit naik atau gejala dan tanda curiga PJB lainnya.
Adapun gejala dan tanda PJB yang harus kita ketahui antara lain:
Bayi: sesak, nafas cepat, minum terputus-putus, berkeringat banyak saat aktivitas, kelopak mata dan kaki bengkak, infeksi saluran pernafasan berulang, berat badan sulit naik dan sianosis atau bayi biru.
Anak yang lebih besar: anak sering jongkok dan menekuk lutut ke dada, gejala cepat lelah bila beraktivitas, nyeri dada pada anak yang lebih besar, adanya nyeri sendi, berdebar-debar, sering pingsan, adanya gangguan syaraf dan gizi kurang.



Kejadian PJB diperkirakan sekitar 8 – 10 diantara 1000 kelahiran setiap tahunnya atau sekitar 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup. Untuk mencegah peningkatan morbiditas dan mortalitas yang berkaitan dengan malnutrisi pada anak dengan PJB, maka diperlukan deteksi dini dan pemberian nutrisi yang agresif. Adapun PJB yang sering banyak diderita oleh anak adalah: Ventricural Septal Defect (VSD), Atrial Septa Defect (ASD), Patent Ducus Arteriosus (PDA) dan Tetralogy of Failot.

Oke, itulah sedikit sharing saya tentang event Bicara Gizi yang diadakan oleh Danone Indonesia, semoga bermanfaat bagi kita semua.


5 komentar:

  1. Iya Mbak, semua orang tua pasti berharap memiliki anak yang sehat dan lengkap anggota tubuhnya.

    BalasHapus
  2. Iya Bun, lebih baik dideteksi sejak dini karena mencegah lebih baik dari pada mengobati.

    BalasHapus
  3. Penderita memang sulit sekali untuk menerima nutrisi yang telah dikonsumsi.

    BalasHapus
  4. ternyata banyak ya mbak tanda-tanda dari PJB ini yang harus diwaspadai.

    BalasHapus
  5. Kesadaran masyarakat memang masih kurang tentang bahaya dari PJB ini, sehingga perlu diadakan sosialisasi.

    BalasHapus