Sabtu, 13 Oktober 2012

Embun yang Tak Konsisten


Aku menatap rentetan garis-garis itu tepat di sebelah tempat duduk. Ada ribuan barisan yang tertata rapi dan sempurna.
"Tapi kamu berbohong dengan tatapanmu,embun?" menggaung tepat ditelingaku. Sedang waktu kian menjajah keadaan.Menyeret2 kenangan yang masih tersemat di pojokkan ruang.
"Jangan...jangan katakan itu padaku, aku masih ingin selalu ada bersamanya." pembelaan yang tak kalah sengit.
Maafkan aku, Embun. Aku masih terlalu rapuh untuk berkata Aku tegar. Aku terlalu munafik untuk berkata Aku bisa melakukan semuanya tanpamu.Aku sempat tergugu, amat menyesakkan saat waktu menghakimi. Tiada arti setiap waktu yang bertaut dalam hidupku. Embun, kenapa aku tak konsisten padamu. Susah payah aku bersembunyi di dasar bumi paling bawah pun, tetap tak bisa kunafikan. Dan aku lebih jauh merasai kesenangan sesaatku. Aku sering terbuai akan pilihan, melang-lang pada setiap taman. Aku masih mendewakan kepentinganku, tanpa menoleh sedikit pun untukmu.
"Itu salahmu...! Itu Kelalaianmu..!! tegas dan tak ada kompromi di dalamnya.
"Iya..Iya..aku akui, ini kesalahan terfatalku mengesampingkan amanah itu, tapi kasih aku kesempatan, Embun..." mohonku bersalah dan tertunduk lesu.
Bayangan2 itu kembali berkelebat penuhi imajinasiku. Aku telah gagal menjaga amanahmu, hingga ku biarkan kamu  kembali mengembun seperti luka yang menyayat2 hatiku. Dan menyisihkan amanah itu tak berperasaan. Padahal kamu tahu, waktu akan selalu mengejar2nya.
Kini, akan aku jaga kembali kepercayaan itu tak lagi bernoda. Akan ku rangkai semangat agar aku tetap konsisten terhadapmu. Amanah itu akan menagih pertanggung jawabanku kelak, agar tak lagi ada protes mewarnai hariku...
Namun aku akan mengingat Embun yang tak konsisten, pernah ada dalam hidupku....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar