Sabtu, 02 April 2022

Melawan Stigma Kusta Untuk Dunia yang Setara

 

Lawan Stigma Kusta

Dih!

Takut ah deket-deket dia!

Kulitmu kenapa? Sereem!

Beberapa tanggapan ini adalah stigma negatif bagi pasien kusta. Di era internet seperti ini, saya merasa sedih karena ada bullying ke mereka yang kena kusta. Padahal siapa juga yang mau sakit?

BTW, teman-teman pernah tahu tentang kusta? Penyakit ini menyerang kulit dan peyebabnya adalah bakteri mycrobacterium leprae. Namun jangan khawatir jika ada yang kena kusta. Sekarang pengobatannya sudah canggih banget dan bisa sembuh asal telaten dan saba dalam minum obat. 

Mirisnya, masyarakat masih ada saja yang belum melek tentang kusta. Mereka mengucilkan pasien kusta dan malah ada yang menganggapnya kutukan. Padahal ini adalah murni penyakit karena serangan bakteri, bukan karena karma atau efek black magic.

Saya paham tentang perasaan pasien kusta setelah menyimak live streaming bertema Melawan Stigma untuk Dunia yang Setara, tanggal 30 maret 2022 jam 9-10 pagi. Narasumbernya adalah Uswatun Khasanah yang akrab dipanggil Uswa. Dia adalah orang yang pernah mengalami kusta (OPYMK) tapi alhamdulillah sudah sembuh. 





Enggak cuma Uswa, juga ada dokter Oom Komariah, M.Kes sebagai narasumber kedua. Beliau juga pernah kena stigma negatif karena anaknya ada yang down syndrome. Saat ini beliau jadi Ketua POTADS (persatuan orang tua anak dengan down syndrome).

Acara yang dipandu oleh MC Ines Nirmala ini berlangsung dengan gayeng. Giliran pertama adalah Uswa yang saat ini berusa 25 tahun dan kena kusta saat berusia 14 tahun. Ia bercerita dulu kena kusta dan saraf di kulitnya yang kena. Untung saja untuk berobat bisa hanya dengan ke Puskesmas.

Meski harus melakukan pengobatan kusta selama 12 bulan karena termasuk jenis kusta basah, tetapi Uswa bersyukur bisa sembuh. Awalnya ia merasa sedih mengapa sampai kena kusta? Namun orang tuanya mendukung penuh baik dalam pengobatan maupun secara psikis.

Uswa bercerita bahwa ia sempat kena stigma negatif karena kusta. Penyakit itu dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya dan adalah kutukan. Padahal bisa ditangani secara medis. Semoga saat ini masyarakat makin paham tentang kusta sehingga tidak lagi menjauhi dan mengucilkan para pasien kusta.



Narasumber kedua adalah dokter Oom Komariah, M.Kes. Beliau selain jadi dokter, juga jadi ketua POTADS (persatuan orang tua anak dengan  down syndrome). Dokter Oom bercerita walau sudah paham down  syndrome itu apa, tetapi ia tetap shock saat tahu anaknya didiagnosis down  syndrome.

Dokter Oom merasa bersalah dan  sempat mengalami fase sedih. Setelah itu akhirnya ia bisa menerima dan  mencari komunitas, dan  akhirnya terbentuklah POTADS.

Stigma negatif juga pernah didapat oleh dokter Oom. Masyarakat heran  mengapa sang anak adalah down  syndrome sedangkan  ibunya dokter?

 Namun  dokter Oom tetap tegar. Beliau berpesan  kepada semua orang tua yang anaknya didiagnosis down syndrom jangan diam saja, tetapi bawa langsung ke dokter anak. Karena anak down syndrome biasanya memiliki penyakit bawaan seperti jantung, mata, dll. Makin cepat bertemu dokter maka makin cepat tertangani.

Selain itu, anak down syndrome juga relatif lebih lambat pertumbuhannya, sehingga harus distimulasi (di klinik tumbuh kembang). Dengan stimulasi yang tepat maka akan terkejar dan ia bisa berjalan dengan normal. Jadi orang tuanya tidak boleh membiarkan saja, tetapi harus proaktif.

Dari mana orang tua tahu alamat klinik tumbuh kembang dan penanganan anak down syndrome yang tepat? Beliau menyarankan untuk cari komunitas seperti POTADS sehingga bisa sharing dan tahu cara mendidik anak down syndrome seperti apa.

POTADS sudah ada 10 cabang di daerah dan ada rumah ceria sebagai tempat pelatihan  anak down  syndrome. Mereka diajak berolahraga, latihan martial art, dan belajar berbagai keterampilan  hidup. Bila masyarakat atau para orang tua yang memerlukan informasi terkair POTADS bisa melalui nomor kontak admin POTADS di 08129637423.

Setelah menyimak live streaming saya makin paham bahwa stigma negatif tak boleh diberikan, baik ke pasien  kusta maupun  orang tua dengan  anak down  syndrome. Kita semua setara dan  tidak boleh saling mengejek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar