Antara Idealis, Solidaritas dan Karnaval HUT RI di Kelurahan Tanjungrejo

20.23 Ivonie 8 Comments



"Menanggalkan sejenak idealis, menepi pada yang namanya solidaritas.."
Agustus, identik dengan bulan Kemerdekaan. Banyak agenda yang sudah disiapkan oleh rakyat Indonesia. Dari yang terpenting sampai acara penggembira. Mulai aneka lomba sampai salah satunya acara karnaval keliling desa atau kecamatan.







Tempo hari dua orang tetangga saya datang ke rumah. Mereka menyampaikan maksud kedatanganya guna mendata peserta karnaval. Lingkungan RT saya turut serta dalam pawai karnaval yang diadakan oleh pihak Kelurahan Tanjungrejo. Nah, rencananya ibu-ibu lingkungan rumah saya mau berpartisipasi dengan tema tarian. Kombinasi tarian tradisional yang mencirikhaskan kota Malang dan modern.
Awalnya saya tidak tertarik ikut, tetapi ada kompensasinya dengan membayar 20 ribu untuk pengganti.Jadi berpikir dua kali lagi, saya sempat tanyakan apakah yang mengikuti banyak dan tetangga saya menjawab iya. Tetapi itu saja tidak cukup, ada pertimbangan lainnya. Bagaimana dengan kostum dan bentuk tariannya?
Saya minta pendapat suami terlebih dahulu sebelum memutuskan. Dan dia mengizinkan saya untuk ikut ketimbang bayar (ketahun siapa yang perhitungan ya hehe. Jadilah tiap malam sehabis Isya, saya latihan gerakannya di rumah tetangga yang kebetulan guru tari. Jujur saja, saya tidak punya bakat menari sama sekali sehingga tubuh berasa kaku saat melenggak-longgokkan badan menyesuaikan irama musik pengiringnya. Selain itu harus menghafalkan pula gerakannya.


Dengan turut serta acara ini, saya jadi menanggalkan sejenak idealis yang selama ini kukuh saya pegang. Kadang kalanya disertai debat-debat kecil dengan suami. Bagaimanalah nanti, saya yang biasa berhijab syar'i kesehariannya harus menari sepanjang jalan. Demi sebuah nama solidaritas, tapi mau gimana lagi, saya sudah terlanjur terjun.


Setidaknya ini sama juga dengan melatih mental karena akan dilihat banyak orang. Pas Hari H lumayan deg-degan, takut lupa atau salah gerakan. Saya yang gak suka dandan dan jarang didandani, berasa gimana gitu. Pakai bedak tebal dan kawan-kawannya.




Tapi ya sudahlah, dinikmati saja. Dalam hati sudah berikrar, ini keikutsertaan saya yang pertama sekaligus terakhir. Tahun depan kalau ada lagi, cukup jadi penikmat saja daripada pelaku alias peserta karnaval Agustusan hehe.Sepanjang jalan sambil berdoa, semoga gak ada ang mengenali saya. Jelas saja, saya kan termasuk pendatang di Malang, jadinya gak banyak teman di lingkungan rumah atau daerah saya. Tetapi apesnya, pas di gang masuk rumah saya tiba-tiba ada ibu-ibu berjilbab yang setengah menghadang sambil memastikan itu saya. Siapa coba yang ternyata masih mengenali saya? Teman kerja suami hahaha..
Masa bodoh deh kalau ntar jadi bahan obrolan di kantor. Dan gak tahunya, teman facebook sekaligus pelanggan usaha saya ya lihat dan mengenali saya, komplit deh hehehe
Hasilnya? semua berjalan lancar, mental benar-benar diuji dan kaki pegel bukan main hehehe. Tapi senang karena sudah menunjukkan solidaritas saya yang sebatas ini.
Thanks buat suami untuk foto-fotonya hehe




8 komentar:

  1. Balasan
    1. Makasih mbak, tadinya mau dandan sendiri, takut gak sama dengan yang lain dan gak pede juga sama hasilnya :D

      Hapus
  2. Perasaan aku deh yang nyaranin bayar aja daripada Aim tiap malam bingung pengin ikutan latihan :D
    Nggak percuma deh motret di bawah teriknya sinar matahari.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, lha kalau semua bayar, terus siapa yg bakalan ikut :D
      Makasih ya, hasilnya suip ^_^

      Hapus
  3. Cakepnya, iya ah amasa bodoh yang penting bisa memeriahkan acara dan tetep semangat. Yang penting Ayah e Aim setuju dan mendukung :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mbak, bias jadi ini yang pertama dan terakhir :D

      Hapus