Perempuan dan Ragam Kehidupan

22.42 Ivonie 0 Comments



            Judul Buku      : Rindu Rumpun Ilalang
Penulis             : Nailiya Nikmah JKF
Cetakan            : Pertama, Juli 2010
Penerbit            : Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Banjarmasin
Tebal Buku       : v + 94 Halaman
Berbicara mengenai perempuan, apa yang ada di benak kita? Sosok yang lemah lembut, ringkih dan berkutat dengan kehidupannya di rumah. Namun dengan membaca kumpulan cerpen Nailiya. Kita dapat menemukan ragam kehidupan seorang perempuan. Beragam cerita disajikan dengan penokohan yang baik dan ending penuh kejutan.
Sosok perempuan yang lemah mampu berjuang demi kehidupan yang dijalani. Memiliki ketegaran hidup yang lebih dibandingkan dengan lelaki. Tak ayal sosok perempuan dulu dan kin tak bisa dipandang sebelah mata. Sepertihalnya sebuah ungkapan, dibalik lelaki hebat, ada peran serta di belakangnya.
Dalam cerpen-cerpen Nailiya, sosok perempuan tak hanya menjadi tokoh yang melengkapi sebuah cerita. Namun menjadi topik utama dalam cerita itu sendiri. Seperti yang ditulis Nailiya dalam cerpen Sanah.
Sanah mengenal dekat dengan Sabri semasa SMA. Selepas lulus harapan Sabri bisa mengajak Sanah melanjutkan kuliah. Namun Sanah menolak usulan Sabri karena memiliki banyak adak yang masih kecil-kecil dan butuh sekolah pula. Sabri sempat kecewa dan berbuntut pada hubungan kedekatannya dengan Sanah. Sabri tetap pergi ke Malang melanjutkan kuliah sambil membawa rasa kecewanya pada Sanah.
Selama menimba ilmu di bangku kuliah, Sabri fokus pada pendidikannya hingga tak terbersit untuk mengenal perempuan lain menggantikan posisi Sanah di hatinya. Dia pernah berjanji akan kembali dan meneruskan kembali hubungan mereka yang sempat terputus karena kepergian Sabri untuk kuliah ke Malang.
Sampai kepulangannya ke kampung halamannya hendak menyampaikan sebuah biodata calon istrinya yang bernama Nurhasanah, yang mengingatkan Sabri pada sanah-nya dulu. Sedangkan kehidupan Sanah selepas kepergian Sabri kuliah, ia menikah dengan lelaki bernama Jani. Harapan Sanah untuk hidup bahagia, hanya sebatas harapannya saja. Ternyata Jani telah meemiliki istri dan anak. Kehidupan Sanah sempat terpuruk.
Sabri mendengar cerita itu dari ibunya dan bermaksud hendak menemui Sanah, berharap masih memiliki harapan kembali bersama Sanah, tapi semua terlambat, justrsu di kepulangan Sabri. Besoknya Sanah akan melangsungkan pernikahan dengan lelaki lain.
Selain cerita itu Nailiya berhasil mengangkat tema-tema sederhana namun bisa menjadi sebuah cerita menarik dengan ending yang tak terduga. Cerita tersebut tertuang dalam cerpen Episode Durian.
Cerita yang menuturkan seorang suami, Aman yang sangat menyukai durian. Tetapi si istri, Wardani yang biasa dipanggil Iwar tidak menyukai buah ini. Suatu hari Aman meminta Iwar menemaninya makan durian di dapur, tapi Iwar menolak. Aman sempat merasa kesal dengan sikap Iwar, bahkan untuk membukakan buah durian saja menolak. Hingga akhirnya Iwar terpaksa memakan ebiji durian untuk menyenangkan hati suaminya. Namun hal itu justru jadi bumerang buat Aman lantaran Iwar jadi muntah-muntah di kamar mandi.
Selepas itu Iwar mengemasi beberapa baju dan  berpamitan pada Aman ke rumah orang tuanya untuk menemani Mama karena ditinggal suami dan anaknya ke Jakarta. Selain alasan itu, agar Aman bisa bebas makan durian tanpa terganggu oleh Iwar.
Namun naas, saat dalam perjalanan ke rumah orang tuanya, angkot yang ditumpangi Iwar mengalami kecelakaan. Sejak setahun kematian Iwar, kini Aman tak lagi makan durian.
Keberadaan nailiya sebagai penulis perempuan di Kalimantan, terutama Kalimantan Selatan bisa jadi pionir para penulis perempuan untuk mengemukankan pemikiran ataupun ide-ide dalam sebuah cerita. Tak hanya seputar kisah perempuan dalam rumah tangga, namun mampu merekam jejak rasa kemanusiaan, terutama mengenai masalah kemiskinan dan pengemis yang kini marak di salahgunakan. Dan Nailiya berhasil merekamnya dalan cerpen Sang Pemberi. Menyadarkan kita akan keberadaan pengemis yang pada kenyataannya bukan hanya sekedar sosok peminta-minta yang terkesan miskin. Namun dibalik semua itu ternyata sosok pengemis menjadi semacam kedok.
Peranan perempuan dalam hidup ini tak lengkap rasanya bila tak bersinggungan dengan dunia pendidikan. Bukankah perempuan yang menjadi ibu adalah guru pertama bagi anak-anaknya? Sosok perempuan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dengan menyandang gelar guru, sanggup memberi makna dalam hidupnya. Seperti dalam cerita cerpen berjudul Buku Ini Aku Pinjam.
Seorang siswa yang rajin meminjam buku di perpustakaan menjadi kekutan dalam cerita ini. Di sekolahnya diadakan semacam penghargaan bagi siswa ang rajin meminjam dan membaca buku. Hamdani, siswa tersebut ang sering meminjam buku di perpustakaan. Sehingga keuarlah ia sebagai siswa yang berhak menerima penghargaan dari sekolahnya. Bu Nurul, seorang guru yang biasa meminjamkan buku pada Hamdani berencana hendak berkunjung ke rumahnya. Ingin tahu kehidupan siswanya yang berhasil meraih penghargaan buku dan rasa janggal yang sempat hadir di benaknya lantaran hamdai pernah meminjam buku mengenai kecantikan.
Namun sungguh diluar dugaan Bu Nurul medapati kenyataan yang sebenarnya. Buku-buku yang selama ini dipinjam Hamdani bukan hanya dia saja yang membaca. Melainkan dipinjamkan pula bagi teman-teman dan tetangganya di kampung. Antara menahan rasa marah, kecewa sekaligus bangga, Bu Nurul berusaha memahami tindakan Hamdani yang hendak membantu meminjamkan buku untuk bahan bacaan di kampungnya.
Kita tak bisa menutup mata begitu saja peranan perempuan dalam dunia pendidikan. Selain kisah tadi Nailiya masih merekam jejak perempuan yang berhasil mengantarkan muridnya semasa SMP menjadi seorang penulis yang memiliki nama pena yang sempat menjadi perdebatan di sebuah koran. Cerita tersebut dituliskan dalam cerpen berjudul Flamboyan Jingga.
Tak hanya perempuan melulu yang menjadi tokoh dalam cerpen-cerpen Nailiya. Dia berhasil menokohkan sosok lelaki yang memiliki karakter unik dari kebanyakan lelaki. Seorang sumi yang begitu maniak pada acara berbau undian-undian. Hingga menikah pun, modal yang digunakannya berasal dari hadiah undia yang diikutnya di televisi. Semua dituturkan dalam cerpen Suami Undian dengan bahasa yang lugas.
Lain halnya dengan cerita ini, nailiya menuliskan sosok perempuan dengan penokohan dan karater yang tidak biasa. Namun tidak menutup kemungkinan kisah seperti ini benar terjadi di kehidupan nyata. Bukan sekedar cerita yang tertuang dalam tulisan sastra.
Cerita ini bisa dibaca dalam cerpen berjudul Bunga-Bunga Kaca. Seorang suami yang ditinggal istrinya bekerja di luar negeri. Marni ingin memeiliki kehidupan yang lebih baik dengan keputusannya bekerja menjadi TKW. Elain itu ia berharap bisa membahagiakan anaknya, Aliya hingga dewasa nantinya. Aliya yang masih menyusu dan butuh figur ibu pun sering menangis dan menanyakan keberadaan ibunya hingga Aliya jatuh sakit. Ridwan, suaminya pun memutuskan untuk menikah lagi dengan Dian kemudian mereka dikaruniai anak lelaki bernama Abdurrozak.
Tiba waktunya marni pulang dan hendak berkumpul kembali dengan suami dan anaknya, Aliya. Sehingga posisi Dian menjadi serba salah. Ia pun merasakan bagaimana kehilangan suami dan anak, seperti halnya Marni dulu. Untuk itulah Dian memutuskan pergi dari kehidupan mereka, lantaran pernikahanya dengan Ridwan pun dulu atas permintaan Marni.
Nailiya tak hanya berbicara mengenai penderitaan, namun mampu menuliskan sebuah kerinduan perempuan yang tertuang dalam Rindu Rumpun Ilalang dengan setting daerah Tabukan dan mampu mengajak pembaca bagaimana rasanya merindukan kampung halaman dengan segala kenangan di dalamnya.
Selain itu Nailiya berhasil menyuguhkan cerpen dengan tema dan setting daerahnya, Kalimantan Selatan. Menilik dari latar belakang pendidikannya, Nailiya berhasil menuliskan cerpen-cerpennya dengan gaya bahasa yang mudah dipahami pembaca dan serta mencantumkan beberapa bahasa daerah dalam cerpennya.
Dengan membaca cerpen Nailiya, kita serasa diajak menyelami keberagaman kehidupan yang dialami perempuan melalui tokoh-tokoh yang dituliskannya. Dan buku ini pun layak untuk dibaca para lelaki.

0 comments: